Panggil Aku Bunda Duhai Anakku

Panggil Aku Bunda Duhai Anakku

Oleh | Kamis, 09 Juli 2015 06:43 WIB | 9.394 Views

Handphoneku berdering beberapa kali, aku tak menghiraukannya karena sedang sibuk berhadapan clientku kala itu, saat aku merasa santai kubuka handphoneku, ada sebuah SMS masuk dari Ibu yang berisi, " Pulang yah, Khalid sakit demam sudah seharian "

SMS itu membuatku tersentak, kebetulan hari ini adalah hari Jumat, hari terakhir dimana aku kerja, tapi sayang pekerjaanku diperusahaan ini membuat harus membereskan ini dan itu dulu sebelum pulang. Waktu menunjukan pukul enam sore, semuanya sudah kelar. Aku bergegas menuju kontrakanku dan berusaha bagaimana caranya aku bisa sampai kerumah Ibu di kampung dengan segera. Ya, perjalan kesana cukup lama sekitar 4 jam, itupun bila di Jakarta tidak macet.

Sayang, Bus umum yang bisa mengantarku sampai rumah sudah habis, akhirnya kuputuskan pulang besok pagi. Pagi buta akupun sudah di Bus dan meluncur menjenguk Khalid, putra semata wayangku yang dirawat oleh Neneknya, Ibuku.

Suara tangisan jelas terdengar ketika aku sudah dekat kerumah, segera kumasuk ke rumah dan melihat Khalid sedang menangis, ya menahan rasa sakit demam, pusing sepertinya. Belum dapat kuajak berkomunikasi, usia 2 tahun memang belum begitu dapat diajak komunikasi pikirku, apalagi sedang sakit. yang sering kudengar adalah ia memanggil nenek dan nenek lagi.

Aku meminta Ibuku untuk mengompres Khalid dan memberikan sedikit obat demam anak, sesaat setelah itu, Khalidpun terlelap tidur, aku ada disampingnya. Sesekali terdengar ia mengigau, memanggil sebuah nama, ya..nenek.

Suhu badannya sepertinya mulai turun, dan bahagianya ketia ia terbangun dan sepertinya ingin mengucap sesuatu...ya benar ia berucap.

"Teteh, mana nenek?" ..bagai petir disiang bolong, hancur hatiku kala anakku sendiri, anak yang kuperjuangkan hingga aku harus keluar kota mencari uang bersama suami kini memanggilku "teteh" (panggilan kaka perempuan di sunda).

"Ini bunda sayang, panggil bunda sayang" tangisku meledak, sakitnya hatiku.

-------

Sahabat, kisah tadi bukan hanya sebuah cerita saja, dan bisa jadi pernah terjadi, ataupun sahabat juga pernah mengalaminya? mari kita kembali bertanya, untuk apa kita menjadi seorang ibu? untuk apa mencari uang banyak jika pada akhirnya anak kita lebih cinta kepada neneknya, kepada pengasuhnya, dan kepada orang-orang disekitarnya yang ia temui setiap hari.

Video ini semoga dapat menjadi renungan untuk kita, betapa pentingnya kita untuk mereka dan betapa pentingnya mereka untuk kita. Hanya sekedar mengingatkan, tergantung bagaimana kita menyikapinya, apa yang diceritakan diatas nyatanya tidak mudah untuk kita laksanakan. Semoga Allah memudahkan.

Silahkan share sahabat jika tulisan ini bermanfaat.


Baca Full Text (PDF) Diary Siti Salamah Azzahra






Inspirasi Lainnya
Daffa Nurdiansyah, Penulis Muda dengan 20 Judul Buku yang Sangat Inspiratif
Senin, 25 Juli 2022 14:49 WIB
Daffa Nurdiansyah, Penulis Muda dengan 20 Judul Buku yang Sangat Inspiratif
Daffa Nurdiansyah menjadi salah satu bintang tamu yang diundang pada acara KICK ANDY SHOW Metro TV pada minggu (24/07/2022) karena prestasinya, di usia yang masih sangat belia, Putra dari Nurwahidin dan Mardiana ini sukses menulis 20 judul buku. MasyaAllah.
Kisah Bolu Pisang dan Es Krim
Selasa, 18 Februari 2020 19:01 WIB
Kisah Bolu Pisang dan Es Krim
Sejak pulang sekolah ia selalu saja menagih janjiku. Mana kutahu bila si sulung yang baru kelas dua SD akan meraih ranking satu, pikirku saat berjanji paling dia hanya akan masuk sepuluh besar saja seperti biasa.
Ketika Ucapan "Terima Kasih Banyak" Sudah Jarang Terdengar
Minggu, 18 Maret 2018 03:17 WIB
Ketika Ucapan "Terima Kasih Banyak" Sudah Jarang Terdengar
Jaman milenial saat ini memang segalanya seperti berubah, mulai dari kebiasaan orang menggunakan alat bantu yang dulu sederhana sekarang diganti dengan peralatan canggih sampai-sampai kebiasaan dalam pergaulan.
Nasionalisme Kuda Pustaka
Jum'at, 30 September 2016 09:57 WIB
Nasionalisme Kuda Pustaka
Sudah lebih dari setengah abad Indonesia merdeka, Indonesia yang kala itu hidup dalam penjajahan kini tak lagi dijajah dan dapat hidup dengan tenang. Tugas generasi sekarang adalah dengan mengisi kemerdekaan dengan berbagai kegiatan pengganti mengangkat senjata seperti para pejuang dulu. Mengisi kemerdekaan ternyata bukan hal yang mudah juga